Friday, November 16, 2007

SPICE FEST

Press Release

Bukti paling tua, sumber tertulis India dari abad ke-3 SM berulang kali menyebutkan “Jawa” sebagai asal rempah-rempah. Bukti kuno lain adalah kitab Petunjuk Pelaut ke Lautan Erythea (nama kuno Yunani untuk Samudera India). Buku ini menyebut adanya kapal-kapal dari arah timur yang membawa rempah-rempah. Indonesia, sejak zaman kerajaan Sriwijaya sudah marak dengan perdagangan antarnegara termasuk rempah-rempah.

Tidak salah kiranya jika Indonesia menjadi salah satu negara tujuan untuk mendapatkan rempah-rempah. Bahkan, kekayaan inilah yang membuat Indonesia diperebutkan penjajah pada zaman dahulu. Ketika konsumsi rempah-rempah dari masa ke masa makin meningkat, maka untuk memenuhi kebutuhannya, orang-orang Eropa mencarinya ke wilayah Asia Tenggara yang menjadi awal kolonisasi berabad-abad.

Rempah adalah bagian dari tanaman baik dalam bentuk segar maupun hasil proses dari bagian daun, bunga, biji, kulit buah, batang, kulit batang, akar, maupun rimpang. Dari dulu, rempah-rempah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari obat, masakan, hingga kosmetik. Namun, seiring zaman, pemanfaatan rempah pun mengalami perkembangan yang sangat pesat, yaitu selain karena tumbuhnya industri makanan dan minuman yang berbahan baku rempah, juga digunakan untuk bahan baku industri rokok, obat, kosmetik dan industri SPA.

Sebagai komoditas ekspor, industri rempah memiliki daya saing cukup tinggi karena memiliki kualitas cukup baik dibandingkan negara lain. Agribisnis rempah juga menyumbang pendapatan yang sangat besar dari cukai dan pajak yaitu tidak kurang dari Rp. 40 trilyun setiap tahun. Ekspor rempah sebagian besar masih berupa produk primer , tetapi saat ini sudah berkembang dalam bentuk produk olahan misalnya jamu, makanan, kosmetika dan rokok.

Dengan demikian, industri rempah menjadi komoditas terbesar disamping komoditas ekonomi lainnya. Kekayaan tanah Indonesia ini seyogyanya mendapatkan perhatian penting dalam pengembangan dan pemanfaatannya bagi perekonomian Indonesia

Untuk memanfaatkan peluang yang besar dalam memanfaatkan potensi komoditas rempah, diperlukan sinergi antara pelaku bisnis dan masyarakat pencinta rempah-rempah. Sinergi bisa terjadi jika ada komunikasi yang dibangun dalam sebuah kegiatan bersama. Dimana kegiatan ini bisa menjadi momentum untuk mengembangkan agrobisnis rempah-rempah di Indonesia.

Sebagai wujud kepedulian terhadap perkembangan agrobisnis di Indonesia, Republic of Entertainment bersama KUKMI (Kerukunan Usahawan Kecil dan Menengah Indonesia), IBC (Indonesian Business Centre), dan IBL (Indonesia Business Link) akan menggelar sebuah acara yaitu “Spicefest : Bisnis & Art Festival”, yang rencananya akan digelar tanggal 9 Desember 2007, di halaman Gedung Sate Bandung.

Spicefest atau Spice Festival adalah sebuah event yang dikemas dalam bentuk pameran komoditas dan pertunjukan kesenian yang terkait dengan substansi rempah-rempah dalam kehidupan masyarakat. Bentuk dari pameran ini adalah dengan menggelar seluruh komoditas rempah-rempah baik dalam bentuk komoditas murni atapun produk olahan yang terpaut dengan gaya hidup masyarakat masa kini, seperti aromateraphy dan sebagainya.

Bukan hanya itu, IBL dengan program YES (Young Enterpreunership Start Up) akan memberikan bimbingan bagi para enterpreuner-enterpreuner muda dalam upaya mengembangkan usahanya melalui konsultasi-konsultasi yang berkaitan dengan enterpreuneurship. Dengan begitu, diharapkan kemajuan agrobisnis Indonesia pun bisa terwujud.

Selain itu, untuk menarik minat masyarakat, dalam acara ini juga akan dipentaskan berbagai ragam bentuk kesenian yang terkait dengan karakter rempah, mulai dari pertunjukan musik yang menghadirkan grup musik Numata, pemusik balada asal Bandung, Mukti Mukti, ITB Student Orchestra, Salamander Big Band, karnival oleh Ganiati dan lain-lain.

No comments: