Jika diminta menyebutkan sebuah keajaiban terhebat yang
terjadi tahun 2011 kemarin barangkali saya akan menyebut nama Adele. Mengapa
Adele? Hingga sebelum awal 2011 silam – orang masih banyak yang jengah ketika
ditanya siapa Adele. Bintang film kah? Penyanyi kah? Sampai kemudian keadaan
berubah dalam sekejap ketika 21 dirilis, semenjak itulah album
itu diburu orang dan terus terjual, menggembung dan tak terhentikan – bahkan
hingga dua kali lipat dari total penjualan album sensasional Lady Gaga Born
This Way – dan secara fantastis berhasil menembus angka 13 juta kopi
di seluruh dunia hanya dalam tempo 12 bulan. Bukan Britney Spears. Bukan Katy
Perry. Bukan Rihanna. Tak ada yang menyangka seorang perempuan muda bertubuh
subur yang sebelumnya nyaris sama sekali tak dikenal sekonyong-konyong berhasil
mengalahkan perempuan terkuat di jagat musik dunia saat ini, Lady Gaga, dan
berhasil merebut hati jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia.
Sekilas tentang Adele, penyanyi blue-eyed soul bervokal
contralto kelahiran Tottenham, Inggris, 5 Mei 1988 ini sebetulnya bukan pemain
baru di jagat musik tapi baru sekarang publik dunia membuka mata akan
eksistensinya. Padahal tahun 2009 lalu dia telah sukses mendulang dua
penghargaan Grammy untuk ‘Best New Artist’ dan ‘Best Female Pop Performance’
untuk lagu Chasing Pavements dari album debutnya 19 yang
rilis pada tahun 2008. Namun hingga saat itu, namanya kurang bergaung dan masih
berada di bawah bayang-bayang sesama penyanyi pop soul Inggris
yang jauh lebih populer seperti Amy Winehouse dan Duffy. Cukup kental mengakar
pada genre Celtic-folk, modern blues, jazz,
dan Brit-soul – meskipun mendapat apresiasi dari banyak
kritikus atas selera musik yang dewasa dan serius untuk gadis muda seusianya,
banyak yang masih memandang Adele sebelah mata sekedar sebagai “gadis kulit
putih yang mencoba bernyanyi lagu kaum kulit hitam”. Maka album sophomore-nya
ini lantas menjadi jawaban atas segala kesangsian publik. Persis seperti yang
dilakukan oleh penyanyi perempuan dalam negeri yang sempat populer sirka
2002-2005 namun kini entah kemana rimbanya, Audy, Adele pun memberi judul
setiap albumnya sesuai dengan angka usianya saat album itu diproduksi –
menunjukkan kematangan perspektif dan kepekaan bermusiknya yang semakin terasah
dari waktu ke waktu.
Apa yang membuat 21 spesial? Dua singel
andalannya, “Rolling in the Deep” dan “Someone Like You” berbicara banyak dan
dapat dikatakan mewakili seluruh isi album yang digambarkan sebagai prosa apik
yang menceritakan tentang seorang perempuan dan segala kegalauan hatinya.
Dipengaruhi kuat oleh cita rasa Motown-girl group tahun 60an
serta seloroh lirik ber-tone agresif, cenderung impulsif dalam
balutan beat yang steady dan solid layaknya
“Son of a Preacher Man” Dusty Springfield atau “You Know I’m No Good” Amy
Winehouse, sebagai singel pembuka “Rolling in the Deep” menjadi penjabaran
argumentatif akan pilihan harmoni yang lebih berani untuk seorang Adele jika
dibandingkan dengan predesesornya, “Chasing Pavements”. Dengan pola ritmisasi
bass elektrik bernuansa rock-blues yang mengingatkan pada
nomor Jimi Hendrix dan Tom Waits, kemudian disambut dentuman bass drum pada
pembukaan lagu – untuk kategori pop, nomor yang digarap bareng Paul Epworth ini
langsung mengena bahkan di hati penggemar Bruce Springsteen sekalipun dan
dengan mudah mampu memalingkan telinga dari pop gimmick dengan
sensasi rock yang corny seperti “Born This Way” Gaga atau
“What the Hell” so-called punk princess Avril Lavigne – meski
agak segan mengakui, kaum rock fanatics juga setuju kalauAdele
memanglah more than just a pop chick who can sing.
“Someone Like You” adalah satu-satunya balada berformat
murni vokal plus piano yang berhasil menduduki puncak tangga lagu Billboard Hot
100 – dibantu musisi indie Dan Wilson, Adele tampaknya ingin
menandaskan citra yang sejajar dengan Aretha Franklin, Whitney Houston, Celine
Dion, dan Christina Aguilera sebagai pengumandang lagu berkarakter lembut namun
tetap mampu memamerkan vokal yang prima. Vokal dramatis Adele yang bercirikan vintage alias jadul
tapi lantang dan dalam – hasil adaptasi dari para idolanya, kampiun biduanita
klasik Ella Fitzgerald dan Etta James – memang menjadi mesin utama dalam
membakar emosi dalam setiap lagu yang dibawakannya. Balada semi-folk feminis
yang memiliki sense serupa “Bizarre Love Triangle” Frente ini
sukses mengobrak-abrik perasaan terutama untuk anda yang sedang melankolis
karena patah hati – namun sebagai katalog dalam teritori simfoni sensitif
bercorak kewanitaan, ketimbang merujuk pada “Halo” milik BeyoncĂ©, saya lebih
suka menyandingkannya dengan balada terkuat dekade lalu yang menjadi salah satu
terbaik sepanjang masa, “Beautiful” gubahan mantan vokalis 4 Non Blondes, Linda
Perry, yang dinyanyikan penuh penjiwaan oleh prime-ballader yang
sedang menjadi bulan-bulanan media dan publik saat ini, Christina Aguilera.
Album terlaris tahun ini, 21, menjadi tonggak
sejarah musik Inggris, menurut catatanGuinness World Book of Records edisi
tahun 2011, dimana untuk pertama kalinya sejak era The Beatles, seorang artis
asal Inggris sukses menjual album terbanyak dan tercepat sepanjang sejarah. Di
usia sangat muda, dengan gaya berpakaian konservatif, Adele yang konsisten
tampil di setiap undangan dan acara live dengan dandanan
seperti ibu-ibu rumah tangga paruh baya membuat siapapun terkejut dengan
berhasil membuktikan bahwa jika anda memiliki talenta, seorang gadis sederhana
dan biasa saja pun bisa menjadi berita utama di seluruh dunia. Para kritikus
musik pun menyadari bahwa 21 bisa dikatakan sebuah album
klasik modern yang berhasil menghantarkan musik tergolong tradisionil dan non-mainstream untuk
masuk ke kalangan penikmat musik yang lebih luas. Adele pun barangkali akan
menjadi pelopor generasi bintang pop perempuan berbakat dekade ini yang ‘tidak
seksi’, ‘tidak buka-bukaan’, tak perlu tampil nyeleneh sekedar untuk menarik
perhatian, dan tidak menjual sex appeal demi menggaet
penggemar – sebagaimana Norah Jones. Pada ajang Grammy mendatang, dia menjadi
calon paling diunggulkan yang diprediksi tanpa kesulitan akan menyapu bersih
setiap piala dari enam nominasi yang diterimanya tahun ini, termasuk ‘Album of
the Year’. Excellent job. Terus berkarya, Adele. *
Fajar yanto Suhardi